Penistaan Nilai Kehidupan dan Pengharapan pada Secangkir Kopi

Kopi

Setidaknya ada 3 kejadian heboh di Indonesia akhir-akhir ini; dimulai dari kasus Bom Sarinah, pengeroyokan aparat kepolisian di Kampung Berland dan terakhir adalah kasus kematian Mirna.

Terlepas dari tingkat chaos yang ditimbulkan, ntah kenapa perhatianku lebih terfokus pada kasus kematian Mirna, bukan apa, ini menyangkut minuman favoritku – yang dalam kurun waktu 5 tahun setia menemani setiap hari – telah menjadi perantara bagi Sianida laknat yang dibubuhi oleh si pelaku untuk meracuni korban.

5 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk memelihara rasa cinta pada gebetan kopi. Mulai dari awal masuk kuliah hingga ketika masa berjibaku dengan 3 judul skripsi yang tak kunjung ACC, aku lewati bersamanya. Setiap hari bukan orang tua (semoga gak dibaca bapak & mamak) dan bukan pula gebetan apalagi pacar yang memberiku motivasi. Tugas mulia tersebut selalu sukses diemban oleh kopi. Saking radikalnya, aku bahkan sudah “agak” menuhankan kopi dibanding dzat transenden lainnya. Btw semoga setelah pernyataan ini kulontarkan, tak ada lembaga berbasis agama yang mengeluarkan mandat suci haramisasi kopi.

Jadi tak heran jika kasus kematian Mirna yang ditenggarai akibat racun Sianida yang larut di kopinya cukup membuatku terkejut saban hari. Kopi – yang selama ini dianggap oleh pecandunya sebagai sumber kehidupan dan pengharapan akan hari esok yang lebih baik – telah berubah menjadi “alat” untuk menghilangkan nyawa seseorang. Sungguh ironis sekaligus bengis!

Sejak berita ini terkuak di berbagai jenis portal berita, aku tanpa sadar ikut terkena dampaknya. Aku menjadi sedikit paranoid tatkala tempoe hari beberapa teman mengajak ngopi santai seperti biasa. Padahal sebelumnya, ajakan untuk nongki bareng sambil ngopi merupakan momen sakral yang pantang untuk kulewatkan. Karena di situlah letak surga dunia berada; obrolan kocak riuh rendah featuring kopi hitam panas plus rokok adalah tritunggal maha sempurna untuk sejenak menertawakan segala bullshit dan kehampaan hidup.

Akhir kata, aku dan seluruh pecandu kopi di seantero Nusantara mengutuk keras tindakan pelaku yang menyebabkan saudari Mirna meninggal.  Semoga aparat berwajib sesegera mungkin memborgol dan menjebloskan sang pelaku ke “Hotel Prodeo” yang konon diliputi kegelapan dan kertak gigi. Amen!

-dRS-

Leave a comment